DASAR TEORI
A. Transformator Arus
Current
Transformer atau yang biasa disebut Trafo arus adalah tipe instrument
trafo yang didesain untuk mendukung arus yang mengalir pada kumparan
sekunder sebanding dengan arus bolak-balik yang mengalir pada sisi
primer. Secara umum Trafo ini digunakan untuk mengukur dan melindungi
relay yang memakai tegangan tinggi di mana trafo ini mempunyai fasilitas
pengukuran yang aman dalam mengukur jumlah arus yang besar begitu juga
dengan tegangan yang tinggi.
Disamping
penggunannya untuk mengukur arus, trafo ini juga dibutuhkan untuk
pengukuran daya dan energy, pengukuran jarak jauh dan relay
proteksi.Kumparan primer trafo arus dihubungkan secara serie dengan
jaringan atau peralatan yang akan diukur arusnya, sedangkan kumparan
sekunder dihubungkan dengan peralatan meter dan relay proteksi.
Trafo
ini bekerja sebagai trafo yang terhubung singkat. Trafo arus untuk
tujuan proteksi biaisanya harus mampu bekerja lebih dari 10 kali arus
pengenalnya.
Cara kerja dari trafo arus ini: Jika pada kumparan primer mengalir arus I1, maka pada kumparan primer akan timbul gaya gerak magnet sebesar N1 I1. Gaya gerak magnet ini memproduksi fluks pada inti.
Fluks
ini membangkitkan gaya gerak listrik pada kumparan sekunder. Jika
kumparan sekunder tertutup, maka pada kumparan sekunder mengalir arus I2. Arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 pada kumparan sekunder.
Berikut ini adalah contoh dari transformator arus.
Gambar 3.1 Transformator arus
http://davidgultom.wordpress.com/2008/06/19/current-transformer/
B. CB (Circuit Breaker)
Circuit Breaker atau Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik,
yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua
kondisi, termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga
pada kondisi tegangan yang normal ataupun tidak normal.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan hal-hal diatas, adalah sebagai berikut:
1. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus.
2. Mampu
memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun terhubung
singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus tenaga itu sendiri.
3. Dapat
memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus hubung
singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, membuat sistem
kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.
Setiap
PMT dirancang sesuai dengan tugas yang akan dipikulnya, ada beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan dalam rancangan suatu PMT, yaitu:
1. Tegangan
efektif tertinggi dan frekuensi daya jaringan dimana pemutus daya itu
akan dipasang. Nilainya tergantung pada jenis pentanahan titik netral
sistem.
2. Arus
maksimum kontinyu yang akan dialirkan melalui pemutus daya. Nilai arus
ini tergantung pada arus maksimum sumber daya atau arus nominal beban
dimana pemutus daya tersebut terpasang.
3. Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan pemutus daya tersebut.
4. Lamanya maksimum arus hubung singkat yang boleh berlangsung. hal ini berhubungan dengan waktu pembukaan kontak yang dibutuhkan.
5. Jarak bebas antara bagian yang bertegangan tinggi dengan objek lain disekitarnya.
6. Jarak rambat arus bocor pada isolatornya.
7. Kekuatan dielektrik media isolator sela kontak.
8. Iklim dan ketinggian lokasi penempatan pemutus daya.
Tegangan
pengenal PMT dirancang untuk lokasi yang ketinggiannya maksimum 1000
meter diatas permukaan laut. Jika PMT dipasang pada lokasi yang
ketinggiannya lebih dari 1000 meter, maka tegangan operasi maksimum dari
PMT tersebut harus dikoreksi dengan faktor yang diberikan pada tabel 1.
Tabel 3.1 Faktor Koreksi antara Tegangan vs Lokasi
Ketinggian (meter)
|
Faktor Koreksi
|
1000
|
1,00
|
1212
|
0,98
|
1515
|
0,95
|
3030
|
0,80
|
1. Proses Terjadinya Busur Api
Pada
waktu pemutusan atau penghubungan suatu rangkaian sistem tenaga listrik
maka pada PMT akan terjadi busur api, hal tersebut terjadi karena pada
saat kontak PMT dipisahkan , beda potensial diantara kontak akan
menimbulkan medan elektrik diantara kontak tersebut, seperti ditunjukkan
pada gambar 1.
Arus
yang sebelumnya mengalir pada kontak akan memanaskan kontak dan
menghasilkan emisi thermis pada permukaan kontak. Sedangkan medan
elektrik menimbulkan emisi medan tinggi pada kontak katoda (K). Kedua
emisi ini menghasilkan elektron bebas yang sangat banyak dan bergerak
menuju kontak anoda (A). Elektron-elektron ini membentur molekul netral
media isolasi dikawasan positif, benturan-benturan ini akan menimbulkan
proses ionisasi. Dengan demikian, jumlah elektron bebas yang menuju
anoda akan semakin bertambah dan muncul ion positif hasil ionisasi yang
bergerak menuju katoda, perpindahan elektron bebas ke anoda menimbulkan
arus dan memanaskan kontak anoda.
Ion
positif yang tiba di kontak katoda akan menimbulkan dua efek yang
berbeda. Jika kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya tinggi,
misalnya tungsten atau karbon, maka ion positif akan akan menimbulkan
pemanasan di katoda. Akibatnya, emisi thermis semakin meningkat. Jika
kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya rendah, misal tembaga, ion
positif akan menimbulkan emisi medan tinggi. Hasil emisi thermis ini
dan emisi medan tinggi akan melanggengkan proses ionisasi, sehingga
perpindahan muatan antar kontak terus berlangsung dan inilah yang
disebut busur api.
Untuk
memadamkan busur api tersebut perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat
menimbulkan proses deionisasi, antara lain dengan cara sebagai berikut:
1. Meniupkan udara ke sela kontak, sehingga partikel-partikel hasil ionisai dijauhkan dari sela kontak.
2. Menyemburkan minyak isolasi kebusur api untuk memberi peluang yang lebih besar bagi proses rekombinasi.
3. Memotong busur api dengan tabir isolasi atau tabir logam, sehingga memberi peluang yang lebih besar bagi proses rekombinasi.
4. Membuat
medium pemisah kontak dari gas elektronegatif, sehingga
elektron-elektron bebas tertangkap oleh molekul netral gas tersebut.
Jika
pengurangan partikel bermuatan karena proses deionisasi lebih banyak
daripada penambahan muatan karena proses ionisasi, maka busur api akan
padam. Ketika busur api padam, di sela kontak akan tetap ada terpaan
medan elektrik. Jika suatu saat terjadi terpaan medan elektrik yang
lebih besar daripada kekuatan dielektrik media isolasi kontak, maka
busur api akan terjadi lagi.
http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/10/jenis-jenis-circuit-breaker-sakelar.html
C. Relay
Relay
adalah alat yang dapat bekerja secara otomatis untuk mengontrol
jaringan listrik pada sebuah sistem akibat adanya perubahan rangkain
lain pada sistem tersebut.
( a )
( b )
Gambar 3.3 ( a ) relay elektronik
( b ) Konstruksi - relay
Di
dalam sebuah relay yang perlu di perhatikan adalah rangkain elektrik
yang di gunakan di dalam pengontrolan coil relay tidak berhubungan
dengan rangkain elektrik yang terhubung dengan kontak. Kontak bekerja
berdasarkan gerak magnet yang di timbulkan oleh coil, sehingga keadua
rangkaian ini terpisah antara satu dengan yang lainya. Rangkain yang di
gunakan untuk mengerjakan coil pada umumnya di sebut rangkain control
dan rangkain yang melalui kontak disebut rangkain beban.
Spesifiaksi coil pada relay :
- Arus inrush
Adalah
besarnya arus yang di perlukan untuk meng–energized kontak pertama kali
. Besar arus ini pada umumnya 5 kali lebih besar dari arus sel–in. Arus sel–in, adalah besar arus minimal yang di perlukan untuk menahan coil tetap pada posisi energized.
- Tegangan pick–up
Adalah
besarnya nilai teganagan yang di perlukan untuk menarik kontak saat
coil di–energezet. Hal ini patut di perhatikan karena fluktuatifnya
nilai tegangan system.
- Teganga drop–out
Adalah
besar tegangan yang harus di jaga oleh coil agar kontak tidak terlepas
oleh coil. Besar tegangan ini adalah 5–10% di bawah tegangan pada coil.
Jika hal ini terjadi , maka hal yang sering dijumpai adalah relay akan
bergetar dan menimbulkan suara yang kasar.
Hubungan kontak pada relay pada umumnya terdiri dari NC (normally open) dan NO (normally close) yang dapat di tunjukkan pada gambar berikut ini :
(a) (b)
Gambar 3.4 (a) Simbol normally open
(b) Simbol normally close
Dari
gambar diatas bahwa pada kondisi open, relay akan bekerja ketika
kumparan magnit relay mendapat sumber tegangan, kondisi ini
mengakibatkan kontak normally open dari relay bekerja,
kondisi terbalik terjadi pada normally close yang akan terbuka apabila
coil pada relay mendapat sumber tegangan yang akan mengerakkan kontak
relay pada kondisi normally close. Kondisi penyambungan pada input–input
relay sangat mempengaruhi kondisi kerja pada sistem di saat terjadi
gangguan dan pada saat sistem bekerja dalam kondisi normal.
Untuk itu dalam pemasangan input maupun output dari relay perlu di
perhatikan secara khusus, karena akan mempengaruhi kinerja maupun fungsi
dari relay itu sendiri.
http://www.scribd.com/doc/33434710/Relay
Relay
arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan
bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya.
1. Prinsip Kerja
Pada
dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran
arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau
besaran yang boleh melewatinya disebut dengan setting.
Macam-macam karakteristik relay arus lebih :
Relay waktu seketika (Instantaneous relay)
Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)
Relay arus lebih waktu terbalik (Inverse Relay)
1.1 Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)
Relay
yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir
melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili
detik (10–20 ms). Dapat kita lihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.5 Karakteristik Relay Waktu Seketika (Instantaneous Relay).
Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay arus lebih dengan karakteristik yang lain.
1.2 Relay arus lebih waktu tertentu (definite time relay)
Relay
ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan hubung
singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan
jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai kerja relay diperpanjang
dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang mengerjakan
relay, lihat gambar dibawah ini.
Gambar 3.6 Karakteristik Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time Relay).
1.3 Relay arus lebih waktu terbalik (Inverse Relay)
Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara terbalik (inverse time),
makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini
bermacam-macam dan setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang
berbeda-beda, karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga kelompok :
Standar invers
Very inverse
Extreemely inverse
Gambar 3.7 Karakteistik Relay Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Relay).
2. Pengaman Pada Relay Arus Lebih
Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis pengamanan yang berbeda antara lain :
a. Pengamanan hubung
singkat fasa. Relay mendeteksi arus fasa. Oleh karena itu, disebut pula
“Relay fasa”. Karena pada relay tersebut dialiri oleh arus fasa, maka
settingnya (Is) harus lebih besar dari arus beban maksimum. Ditetapkan
Is = 1,2 x In (In = arus nominal peralatan terlemah).
b. Pengamanan hubung
tanah. Arus gangguan satu fasa tanah ada kemungkinan lebih kecil dari
arus beban, ini disebabkan karena salah satu atau dari kedua hal
berikut:
Gangguan
tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukup tinggi. Pentanahan
netral sistemnya melalui impedansi/tahanan yang tinggi, atau bahkan
tidak ditanahkan Dalam hal demikian, relay pengaman hubung singkat
(relay fasa) tidak dapat mendeteksi gangguan tanah tersebut.
Supaya
relay sensitive terhadap gangguan tersebut dan tidak salah kerja oleh
arus beban, maka relay dipasang tidak pada kawat fasa melainkan kawat
netral pada sekunder trafo arusnya. Dengan demikian relay ini dialiri
oleh arus netralnya, berdasarkan komponen simetrisnya arus netral adalah
jumlah dari arus ketiga fasanya. Arus urutan nol dirangkaian primernya
baru dapat mengalir jika terdapat jalan kembali melalui tanah (melalui
kawat netral).
Gambar 3.8 Sambungan Relay GFR dan 2 OCR.
3. Syarat-syarat Relay :
a. Cepat bereaksi
Relay harus cepat bereaksi / bekerja bila sistem mengalami gangguan atau kerja abnormal
top = tp + tcb
top = total waktu yang dipergunakan untuk memutuskan hubungan
tp = waktu bereaksinya rele
tcb = waktu yang dipergunakan untuk pelepasan CB
Pada umumnya untuk top sekitar 0,1 detik.
b. Selektif
Yang
dimaksud selektif adalah kecermatan pemilihan dalam mengadakan
pengamanan, dalam hal ini menyangkut kordinasi pengamanan dari sistem
keseluruhan.
c. Peka /Sensitif
Relay
harus dapat bekerja dengan kepekaan yang tinggi, artinya harus cukup
sensiitif terhadap gangguan didaerahnya meskipun gangguan tersebut
minimum.
d. Andal / Reliability
Keandalan
relay dikatakan cukup baik bila mempunyai harga : 90 s/d 99 %. Misalnya
dalam satu tahun terjadi gangguan sebanyak 25x dan relay dapat bekerja
dengan semporna sebanyak 23x, maka :
Keandalan relay = × 100 % = 92 %
http://budi54n.wordpress.com/2009/07/07/rele-arus-lebih-over-current-relay-ocr/
E. Bagian-Bagian Relay Arus Lebih
Relay arus lebih yang digunakan oleh PT.PUSRI adalah relay time delay dan relay instantaneous yang berada pada satu box. Relay time delay
adalah relay yang memiliki waktu tunda dan akan bekerja ketika terjadi
kelebihan arus yang dialami oleh kawat transmisi ataupun dikarenakan
beban sudah melampaui batasan dari kapasitas yang disediakan oleh
pembangkit. Sedangkan relay instantaneous merupakan relay yang
bekerja seketika apabila terjadi gangguan pada kawat transmisi yang
diproteksinya, dimana gangguan tersebut berupa gangguan hubung singkat,
antara lain :
· 1 fasa ke tanah,
· 2 fasa, dan
· 3 fasa
Secara umum relay-relay tersebut memiliki kode-kode tersendiri, yaitu untuk relay instantneous bernomor 50 dan untuk relay time delay bernomor 51. Bagian terpenting dalam pengkalibrasian relay time delay 51 antara lain :
· Disk shaft
· Donggle
· Drag magnet
Sedangkan bagian terpenting untuk pengkalibrasian relay instantaneous 50 adalah tap instantaneous.
1. Tap
Gambar 3.9 Tap
Bagian
yang dilingkari oleh lingkaran merah merupakan tap. Tap berfungsi untuk
menentukan kapan relay akan mulai bekerja ketika relay menerima
gangguan, parameternya dapat berupa arus. Rumus untuk menentukan sebuah
tap adalah :
Tap = × Is
Dimana : I = arus maksimum yang melalui kawat transmisi
Ip = arus primer pada CT relay
Is = arus sekunder pada CT relay
2. Donggle
Gambar 3.10 Donggle
Donggle merupakan suatu per atau pegas yang berfungsi sebagai pengatur besar kecilnya arus pick up.
3. Disk Shaft
Gambar 3.11 Disk shaft
Disk
shaft merupakan suatu switch yang memiliki dua sisi lempeng konduktor
yang dapt bekerja ketika donggle berjalan mengantarkannya dari sisi satu
ke sisi yang lainnya sehingga lempengan tersebut mengkontak satu sama
lain.
4. Disk dan Drag Magnet
Gambar 3.12 Disk dan Drag magnet
Drag
magnet merupakan lempengan magnet yang memberikan medan magnit pada
disk agar disk dapat berputar, kedua bagian ini berfungsi sebagai
pengatur kurva relay.
5. Tap Instantneous
Gambar 3.13 Tap instantneous
Tap
instantneous merupakan bagian yang dapat mengatur arus yang
mengetripkan relay, dimana didalam bagian ini terdapat koil. Koil ini
bekerja berdasarkan besar kecilnya medan magnit.
6. Terminal 3 phase
Gambar 3.14 Terminal 3 phase
Terminal 3 phase merupakan bagian yang berfungsi sebagai penghantar sumber listrik dari MPRT 8430.
7. Terminal normaly open dan normaly close
Gambar 3.15 Terminal normaly open dan normaly close
Terminal
normaly open dan normaly close merupakan bagian yang berfungsi sebagai
switch ketika terjadi gangguan (open) dan akan selalu terhubung jika
tidak ada gangguan (close).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar